Fresh Graduate – Buat teman-teman yang sudah pernah kuliah, khususnya jenjang S1 di Indonesia, pernahkah mengalami yang seperti berikut ini? Kalaupun tidak mengalami sendiri, mungkin saja ada teman yang memiliki pandangan begini: ada saat di mana kita merasa bangga dengan ilmu yang dipelajari di kampus.
Sebagaimana kita tahu, untuk menuju bangku kuliah itu pun pertarungan tersendiri. Dengan segala lika-liku kehidupan mahasiswa, akhirnya datang juga fase yang bisa dibilang cukup complicated: menjadi fresh graduate. Lalu kita akan mengalami masa-masa di mana nilai bagus saja tidak cukup.
Setelah lulus, pandangan kita pun semakin terbuka. Memasuki fase pembelajaran berikutnya, apa yang harus disiapkan? Kalau soal CV bagus atau skill menjawab pertanyaan saat wawancara kerja, itu adalah hal mendasar. Tapi ternyata masih ada hal-hal non teknis yang sebaiknya dikuasai.
9 Skill & Kemampuan Fresh Graduate yang Perlu Kamu Miliki
Mengingat kita hidup di dunia yang kompetitif, apa saja checklist yang dibutuhkan fresh graduate?
1. Kenali Diri Sendiri
Checklist pertama untuk fresh graduate adalah kenali diri sendiri. Kenapa ini penting? Begini, anggaplah kamu adalah fresh graduate saat membaca tulisan ini.
Ketika kamu akan melamar suatu pekerjaan, artinya kamu sedang dalam proses menemukan pihak-pihak yang membutuhkan kemampuan terbaikmu. Jadi, apakah kamu sudah memahami kemampuan diri?
Banyak-banyaklah melakukan riset sebelum melamar pekerjaan. Bidang apapun yang dipilih, pengetahuan tentang posisi yang dilamar itu menjadi hal yang diperhitungkan oleh perusahaan.
Pastikan kamu sudah ‘memoles’ CV sedemikian rupa sehingga lebih efektif untuk melakukan personal branding. Pengalaman selama kuliah seperti ikut project, kompetisi, magang, dan juga pengalaman organisasi tentu bisa memberi nilai tambah untuk dirimu. Terlepas dari apapun latar belakang pendidikan akademikmu.
Satu lagi, sebagai fresh graduate alangkah baiknya kalau kamu sudah menemukan passion sehingga nantinya bisa bekerja dengan sepenuh hati. Passion ini juga akan menuntunmu mendegarkan panggilan jiwamu, agar kerja bukan sekadar kerja. Bukan asal kerja daripada nganggur, tapi juga bukan terlalu pilih-pilih padahal skill dan pengalaman belum seberapa.
2. Seimbangkan Soft Skill dan Hard Skill
Soft skill dan hard skill adalah dua hal yang saling melengkapi. Masing-masing keterampilan ini bisa diasah sejalan dengan jam terbang. Jika hard skill yang tak lain adalah keterampilan teknis tentang sebuah pekerjaan bisa dibentuk dengan proses pembelajaran di kelas, maka tidak demikian dengan soft skill.
Banyak teori yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini. Yang jelas, soft skill terkait dengan karakter, bagaimana cara kita bersikap, bagaimana memperlakukan orang, serta memberikan kesan positif di lingkungan sekitar. Alangkah lebih baik jika keduanya seimbang.
3. Hati-hati dengan Aktivitas di Media Sosial
Kalau dahulu media sosial cenderung untuk bersenang-senang atau menghubungkan teman-teman lama, kini media sosial sudah jauh berkembang fungsinya. Eksistensi orang di media sosial ikut andil dalam prosesnya menapaki jenjang karir. HRD sekarang pun lebih efisien kerjanya karena bisa membuat salah satu poin penilaian dengan melihat timeline media sosial calon karyawannya, meskipun ini tidak menjadi patokan utama. Jangan lupa untuk memperbarui profil di LinkedIn untuk membangun koneksi dengan para profesional dari berbagai penjuru dunia.
4. Tingkatkan Kemampuan Beradaptasi
Mungkin kamu sudah paham sejak lama bahwa kemampuan beradaptasi adalah ‘syarat’ kita untuk bertahan di manapun, termasuk saat menjadi fresh graduate dan memasuki dunia kerja.
Apapun yang akan menjadi kesibukanmu setelah lulus, akan ada proses penyesuaian-penyesuaian, dan itu akan berbeda caranya untuk masing-masing orang. Orang dengan kepribadian yang mudah beradaptasi, terbuka, rendah hati, dan siap belajar hal baru akan mudah bertahan di lingkungan manapun.
5. Pertanyaan pada Diri Sendiri: Apa Tujuanmu Bekerja?
Pola yang umum dipahami adalah bahwa mahasiswa yang baru lulus akan mencari pekerjaan untuk menerapkan ilmu yang didapatnya selama menempuh pendidikan, agar ilmunya berguna. Tapi bagaimana jika realita yang dihadapi tidak sesuai rencana?
Kenyataannya, pola umum itu tidak selalu berlaku dan memang tidak harus selalu berlaku sama setiap orang. Seringkali, tujuan pekerjaan dipandang hanya demi mendapatkan uang. Ya, itu bukanlah alasan yang salah, karena yang terlihat adalah setiap orang bekerja itu berhak atas pembayaran.
Terlepas dari kebutuhan orang untuk memenuhi rasa aman, yang tidak kalah penting ialah merancang kualitas perbaikan kualitas hidup dan memperkuat nilai-nilai di dalamnya.
6. Memilih Jadi Entrepreneur? Perbaiki Mindset Dahulu
Lupakan sejenak pendapat umum bahwa pendidikan Indonesia didesain untuk mencetak pegawai, ketimbang entrepreneur yang lebih mandiri. Mari kita fokus dengan hal-hal yang bisa kita lakukan.
Jadi, apakah kamu terpikir untuk menjadi entrepreneur? Bayangkan jika kamu tidak punya pilihan lain sehingga memilih ternak lele saja. Ya, benar, bicara soal ternak lele, ini adalah modal candaan netizen Indonesia.
Tapi, poinnya adalah keputusanmu ada di tanganmu, kamu punya tanggung jawab penuh , wirausaha bukan karena ‘kepepet’ karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Padahal bertahan di dunia bisnis juga butuh ilmu, skill, dan keberanian yang tidak tanggung-tanggung.
Untuk yang punya rencana jangka panjang menjadi entrepreneur, sah-sah saja kalau di awal membangun karir harus menjadi karyawan dulu. Intinya belajar dengan orang yang lebih banyak pengalamannya.
Bukankah kalau mau buka usaha itu juga perlu paham cara-caranya? Apa jadinya kalau langsung action tanpa punya pengalaman apa-apa?
7. Keluar dari Zona Nyaman
Life begins at the end of your comfort zone. Apa kamu cukup familiar dengan kutipan tersebut? Ada banyak sekali bahasan tentang zona nyaman, tapi hampir semua sepakat bahwa zona nyaman tidak akan membuat kita bergerak maju.
Pekerjaan apapun itu, tentu memiliki tantangannya sendiri. Sebisa mungkin hindari mengeluh. Satu lagi, think out of the box. Saat kehidupan pasca kampus membawamu ke dunia baru yang berbeda dari latar belakang akademikmu, hadapi saja. Tidak usah membatasi diri. Yang penting bisa berkontribusi dengan kemampuan terbaik.
8. Jangan Pernah Berhenti Belajar
Sehebat apapun reputasi kampus tempatmu menimba ilmu, pada akhirnya kamu akan keluar dari sana dan menentukan masa depanmu sendiri. Sebagai fresh graduate, umumnya dosenmu tidak akan membimbingmu lagi.
Banyak hal baru yang terjadi, yang berbeda dengan teori-teori yang pernah dipelajari. Banyak waktu yang bisa dimanfaatkan untuk belajar lagi, menyesuaikan diri, dan memberikan kontribusi maksimal.
Makin banyak ilmu yang dipelajari makin mengerti kalau kita belum apa-apa. Karena itulah, meskipun sudah lulus kuliah dan menjadi fresh graduate, jangan pernah berhenti belajar. Mungkin cara belajarnya tidak lagi sama seperti di kelas dengan seperangkat kurikulum, tugas-tugas, penilaian, dan jadwal ujian.
Di kehidupan pasca kampus, kamu bisa lebih bebas mempelajari apapun, di manapun, dari siapapun. Bekal ilmu dan wawasan akan membantumu melakukan berbagai hal dengan lebih baik, lebih efektif, dan lebih bijak.
9. Melatih Kemampuan Bersyukur
Checklist yang terakhir adalah kemampuan bersyukur. Tidak dipungkiri, nominal gaji menjadi perhitungan ketika akan menjalani pekerjaan tertentu. Setidaknya, kamu sudah perkirakan biaya hidup di kota tempatmu bekerja.
Saat mendapat informasi bahwa benefit di tempat lain (dengan porsi kerja yang sama ternyata lebih menarik), coba pikirkan matang-matang sebelum tergoda untuk pindah.
Kemampuan bersyukur atas apa yang kamu dapatkan itu akan membuatmu lebih tenang, padahal ketenangan itulah modal penting untuk bisa berpikir jernih sebelum menentukan langkah berikutnya.
Satu lagi yang perlu dipahami, bahwa setiap orang memiliki timing sendiri-sendiri yang tidak perlu dibandingkan dengan orang lain, termasuk saat melewati fase menjadi fresh graduate. Semoga ini membantumu membangun karir yang berkualitas.
Baca juga: 12 Cara Rahasia Mengatur Keuangan Pribadi